Penyakit tersebut mengubah daun tembakau menjadi berwarna hijau tua berbintik-bintik, kuning, atau abu-abu. Akibatnya, petani menjadi kehilangan 80 persen tanaman di ladang mereka.
Meskipun telah ditanami tanaman yang sama berulang kali, tapi hal yang sama selalu terulang kembali. Menurut catatan, penyakit pada tanaman tembakau ini menyebar dengan cepat.
"Jika Anda berada di rumah kaca atau kebun dan menyirami tanaman dengan selang, saat selang menyentuh tanaman yang kena penyakit maka tanaman di sebelahnya bisa rusak," kata Karen-Beth Scholthof, Ahli Virologi Tanaman dari Texas A&M University.
Kemudian baru pada tahun 1879, ahli patologi tanaman Adolf Mayer, mulai meneliti penyakit ini. Dia kemudian menamai penyakit tersebut dengan istilah mosaik tembakau.
Ia menggunakan pedoman Koch - Ahli Patologi Jerman yang menemukan bakteri tuberkulosis dengan melakukan serangkaian isolasi kuman dan infeksi ulang untuk mengetahui penyebabnya.
Namun dalam penelitiannya, Mayer mengalami masalah. Ia tidak dapat menghasilkan kultur patogen yang murni dan tidak dapat mengetahui penyebabnya melalui mikroskop.
Selanjutnya pada tahun 1887, Ahli Botani, Dmitri Ivanovski, juga meneliti terkait mosaik pada tembakau di Krimea dengan pendekatan yang berbeda.
Ivanovski menyaring getah melalui saringan halus yang terbuat dari porselen tanpa glasir dengan celah sangat kecil untuk dimasuki bakteri. Ia menyimpulkan bahwa penyakit tersebut disebabkan oleh toksin yang masuk melalui saringan atau bakteri yang menyelip melalui celah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar